Kamis, 14 November 2013

Jejak Pendakian Gunung Ciremai

2 - 3 November 2013
Puncak ke-7..
Atap Jawa Barat.. Gunung Ciremai.. Jalur Palutungan..
Kalau tujuannya liat time to time setiap pos, skip langsung ke paling bawah..

Gunung Ciremai

Gw udah ngerencanain ke Gunung Ciremai semenjak gw belum kerja ditempat gw kerja sekarang ini. Tapi apa daya, rencana kala itu hanya tinggal rencana. Faktornya classic, waktu. Tapi angin segar datang, adik kelas gw waktu di SMA dulu tetiba comment di blog gw gitu dan minta diajak kalau gw mau trip sejenis mendaki gunung. Nah, mulai kepikiranlah untuk merencanakan kembali pendakian ke Ciremai..

Gw seneng buat itinerary untuk naik gunung, menyenangkan aja. Semacam lu udah duluan mendaki gunung gitu, meraba setiap sudutnya, memahami setiap jengkalnya. Gw kan anaknya planning banget, full conseptor gitu. Hhe..

Gw ngajak dua orang temen gw di kantor yang notabene temen gw waktu kuliah juga. Mereka langsung meng-iya-kan. Gimana mw nolak, kita sama-sama tahu bahwa kita memang lagi butuh hiburan yang ga biasa. Bayangin, dari jam delapan pagi sampe jam delapan malem mata kita stick to the notebook screen. Kita butuh mengistirahatkan mata dan memanjakannya dengan sesuatu yang hijau dan natural. Apalagi, salah satu temen gw yang pecicilan, Aditrian Rahim, beberapa minggu sebelumnya baru pertama kali naik gunung, gunungnya Gunung Papandayan, dan dia ga sampe puncak. Mungkin di satu sisi dia merasa tidak puas dan di sisi lain ketagihan naik gunung gitu. Baiklah..

Selain ngajak mereka berdua, gw juga tentunya ngajak temen gw yang dewa banget mendaki gunung. Yupz, Ryan Hidayat. Hha.. Kalau mendaki bareng dia, ada rasa aman yang lebih aja, dia kan ilmu survival-nya tinggi gitu. Dan hampir setiap gunug yang saya daki, bareng dia terus. "Bro" banget emang..

Jadilah yang berangkat itu: Gw (@aa_upayy), Ryan Hidayat (@ryanhdayat), Aditrian Rahim (@AditrianR), Hendrik (@didok49), dan Karlina Sari Sujana (@karlinassujana)..

Sebenarnya gw sudah berusaha mencari teman untuk Karlina biar dia ga perempuan sendiri gitu, tapi susah euy, ga dapet-dapet, banyak yang mau sii, tapi end up-nya pada ga dibolehin orang tua karena alasan cuaca. Ok, reasonable..

Langsung saja..

Yooo, jadi saya, Rian, dan Hendrik berangkat dari tempat kerja. Jam kerja selesai jam empat sebenarnya, tapi hampir mustahil kita keluar jam empat, paling minimum biasanya jam setengah enam. Begitulah hidup.. So, kami pergi dari kantor selepas Maghrib. Dari kantor kami pergi ke rumah Ryan. Di sana kami re-packing gitu, karena masih agak acak-acakan bawaan di dalam rucksack-nya. Sementara itu Karlina udah nunggu sampe lumutan di Terminal Baranang Siang, entah nunggu dari jam berapa. Hhe.. Akhirnya segalanya siap, sekitar pukul sembilan malam kami cabs dari rumah Ryan menuju stasiun sembari menghubungi Karlina untuk pindah lapak ke Stasiun.

Kami sukses naik kereta terakhir dari Bogor. Bener-bener terakhir. Naik kereta, turun di stasiun Tanjung Barat, kira-kira jam setengah sebelasan baru sampai sana. Langsung berganti naik angkot, sampailah di Terminal Kampung Rambutan. Pas liat jam, udah jam sebelas lagi aja. Tapi alhamdulillahnya langsung dapet Bus yang ke Cirebon, walaupun pake ngetem sejam lebih lamanya. Dan lu mesti tau, selama di perjalanan sampe ke Cirebon, Itu bus yang gw naikin muterin video dangdut pantura teruuuuus. Etdah, mana itu penyanyinya begitu semua pakaiannya.. -.-"

Sebelum kami berangkat, Ryan udah menghubungi Mapala Gunati, Mapala-nya Universitas Swadaya Gunung Jati. Jadi, sesampainya disana, kami langsung dijamu sama anak-anak mapala Gunati. Mereka emang "bro" banget. Tapi emang semua mapala itu "bro" banget kok. Gw jadi agak nyesel aja, kenapa dulu waktu tingkat satu kuliah gw ga daftar Lawalata, mapala-nya IPB..

Mapala Gunati baik, baik banget, sampe mereka ngirim dua orang anggotanya buat nemenin kami menjejak puncak Ciremai. Mereka adalah Klintu dan Gaper (nama lapang). Selain itu, mereka juga mengantar kami ke pos 0 pendakian. Emang selalu nambah temen di setiap pendakian..

Sampai di pos 0, kita makan-makan dulu gitu di basecamp yang bentuknya itu tempat jualan mie ayam. Terbilang murah lah pokoknya, namanya mie ayam kan dimana-mana rasanya sama aja. Hhe.. Untuk mendaki, satu orangnya dikenakan biaya Rp 10.000,00 itu sudah termasuk asuransi dan sumbangan ke PMI. Jadi, naik gunung, sambil charity juga men. Pecah to pecah men..

Sekret Mapala Gunati

Bersiap ke Pos-0, ber-mobil bak

Senang-senang di perjalanan

Basecamp: Mie Ayam

Pos 0

Foto-foto di pos 0

Ya, dari yang gw baca-baca di internet sebelum pendakian, kira-kira ada sembilan check point untuk sampe puncak, yang berarti puncaknya itu check point ke-10. Kesembilan check point tersebut, berturut-turut: Cigowong (1450 mdpl), Kuta (1575 mdpl), Paguyangan badak (1800 mdpl), Arban (2000 mdpl), Tanjakan Asoy, Pasanggrahan, Sanghyang Ropoh, Simpang Apuy, Goa Walet, Puncak..

Nah, gw dan temen-temen gaul gw cabs jam setengah dua dari pos 0. Ternyata, dari pos 0 menuju Cigowong itu jauh men. Jalannya sih masih mendatar, ga banyak naik, banyak bonusnya, kanan kiri hijau tertutup, tapi ya itu, jauh men. Dari pos 0 menuju check point 1 Cigowong, gw tempuh selama dua jam lima belas menit, itu pun gw banyak leha-lehanya gitu. Di pos Cigowong ini air melimpah, untuk persediaan, mendingan lu ambil sebanyak-banyaknya air di sini. Khawatir nanti di Goa Walet ga ada air tetesan gitu..

Haduh, tetiba gw lupa waktu tepatnya di setiap check point jam berapa aja, yang gw inget cuma berapa lamanya waktu dari satu check point ke check point selanjutnya.. -.-"
Plus, dimulai dari Cigowong, gw ga ngeluarin kamera sama sekali hingga nge-camp, agak mager ngambilnya. Hhe..

Dari Cigowong, lanjut ke Kuta. Ini mulai naik terus ni, hutannya heterogen, cukup rimbun, dan banyak pohon-pohon besar. Cuma lima belas menit perjalanannya sampe ke Kuta, sebentar broooo. Di sini istirahat cuma sebentar gitu.

langsung lanjut lagi ke Paguyangan Badak. Perjalanannya kira-kira empat puluh lima menit. Jalurnya suka ada turunannya gitu, tapi harus selalu ingat, di balik sebuah turunan, ada naikan yang lebih naik lagi. Nah, pas disini udah mulai agak gelap, kita mulai nyiapin head lamp di tempat yang mudah diraih. Di sini agak diwanti-wanti sama Klintu dan Gaper bahwa kita bakal terus josss ga berhenti di Arban. Katanya mah disana agak angker gitu, entah ada apa. Okelah.. Cabs..

Dari Paguyangan Badak ke Arban kami tempuh dalam waktu empat puluh lima menit. Jalurnya itu naik secara konstan plus banyak pepohonan yang tumbang gitu mengahalangi jalan. Jadi terkadang kita perlu tenaga ekstra gitu untuk melewatinya, tapi terkadang juga dengan adanya pohon tersebut bikin kita pengen istirahat duduk di atasnya. Hhe..

Setelah dari Arban, kita ga pake istirahat langsung cabs ke Tanjakan Asoy. Dan seperti namanya, jalurnya bener-bener tanjakan yang asoy. Di check point Tanjakan Asoy kita bertemu para orang tua-orang tua yang gaul gitu. Kenapa gaul? Karena walaupun usia mereka sekitar 40-50, tapi mereka naik gunung men. Gaul kan? Oke, definisi gaul setiap orang berbeda. Hhe..

Selanjutnya, langsung menerabas ke Pesanggrahan, satu jam lima puluh menit, agak lama memang, jalurnya naik selalu soalnya. Pas sampe Pesanggrahan, Karlina udah cape gitu. Jadilah kita memutuskan untuk nge-camp di Pesanggrahan. Sebenarnya mata gw juga pas di Pesanggrahan udah kunang-kunang gitu. Hhe.. Sumpah anginnya gede banget plus dingin..

Mari nge-camp.. Sehari aja..

Pagi di tenda

Langit pagi dihiasi dedaunan

Sedikin membicarakan tentang tim, ga ada masalah sii. Tapi cukup salut sama Hendrik yang pertama kali mendaki gunung, tapi selalu menjadi yang terdepan, tak terlihat lelah. Dan salut juga sama Karlina, pertama kali naik gunung, tergolong perempuan feminim, calon dokter, tapi dia ga pernah ngeluh men, jalan terus. Dan itu cool. Ga usah nanya Ryan, dia mah emang udah dewa. Kalau Aditrian, yah, kuatlah, standar gitu. Kalo gw? Hha.. Speed gw lambat men (faktor perut), tapi gw punya endurance.. Asyiiik..

Di gunung, kita pesta men. Mottonya gini: Kalau di rumah udah susah, masa iya di gunung mw susah juga. Hha.. So, makanan kita benar-benar melimpah, dari cream sup, nugget, baso, mie, kornet, dan masih banyak lagi.. Kenyang men..

Keesokan harinya setelah kita tidur dengan nyenyak di tenda, beneran nyenyak men, kita langsung cabs menuju puncak. Tapi lucunya, sebelum ke puncak pada pup dulu gitu, semuanya, kecuali Hendrik sama Karlina. Mungkin Karlina agak kagok kali ya kalau mau pup di alam terbuka. Hhe.. Kalau gw mah gausah ditanya, setiap gunung yang gw daki, kayanya udah gw pup-in. Hhe..

Berangkatlah jam delapan lebih sedikit gitu, agak lupa soalnya. Satu lagi, kita ga ngejar sunrise, kan namanya juga santai-santai ke puncak Ciremai. Hhe.. Dari Pesanggrahan sampai ke Sanghyang Ropoh dua puluh menit. Sanghyang Ropoh pos kecil gitu, memang hanya persinggahan sebentar gitu untuk Istirahat. Owh ya, kita ga bawa barang, cuma bawa day pack kecil untuk bawa makanan ringan dan minuman..

Dari Sanghyang Ropoh ke atas, jalurnya batu-batu semua gitu, asyik aja, beda kontur. Kira-kira perjalanan ke Simpang Apuy menghabiskan waktu lima puluh lima menit, ya itu banyak nunggu-nunggunya sii. Hhe.. Alasan.. Jadi, di Simpang Apuy ini tempat pertemuan antara pendaki yang mendaki via jalur palutungan di Kuningan dan pendaki yang mendaki via jalur Apuy di Majalengka. Cool gitu, dua kota bertemu di gunung..

Dari Simpang Apuy masih terus menanjak ke Goa Walet. Perjalanan sekitar dua puluh menit. Di Goa Walet ini biasanya jadi tempat nge-camp gitu. Karena ke puncak Ciremai dari sini deket banget. Sungguh.. Tempatnya pun hangat, semacam ada ceruk gitu untuk berlindung dari angin-angin yang besar dan banyak tenda juga yang bisa digelar untuk menginap.. Owh ya, mulai dari jalur yang banyak batunya tadi, Edelweis udah menghiasi di kanan kiri jalur. Tapi inget, ga boleh dipetik. Biarlah alam indah tanpa diganggu. Disini kita nyempetin foto-foto..

Naik-naik ke puncak gunung

Pos sanghyang ropoh

Kita pasti bisa

Aditrian lari gitu muncaknya

Jalur yang asyik

Dari bawah

Buah Ceremai, makanya namanya Gunung Ciremai

Dua orang gaul dari Unswaganti

Jalurnya asyik kan..

Pos Goa Walet

Gatau ini mw namainnya apa, sepatu gw..

Bersama di Goa Walet, ceritanya so cool

Dari goa Walet, deket banget ke puncak. Sungguh. Beneran. Sekitar dua puluh menit udah nyampe. Waktu kita sampai ke puncak, kabutnya udah naik, jadi terkadang kawahnya keliatan ga keliatan gitu. Sekalinya kawahnya keliatan, kita langsung ambil foto. Berebut. Hhe.. Kata orang-orang, kalau kabutnya belum naik, Laut Jawa beserta kapal-kapal besarnya yang bertengger ke tepian bisa keliatan dari sini. Tapi sayang kabutnya bener-bener udah menyelimuti gunung Ciremai, tak apalah, yang penting judulnya I've been there. Hhe..

Kalau ditanya puas atau ngga, ya puaslah, atap Jawa Barat men. Waktu gw naik ke Gunung Guntur, atw Cikuray aja, puncak Ciremai keliatan dari puncak-puncak gunung itu.. Tapi sesungguhnya, ketika lu sampai puncak, itu bukan tujuan lu men, tujuannya adalah, hal-hal positif apa yang bakal lu dapetin selama perjalanan itu. Lagian, pasti ada puncak-puncak lain yang menunggu..

Perjuangan Aditrian ke puncak
Puncak Ciremai, Uyeaaaaah..

Bibir kawah

Kawah Ciremai

Gatau kenapa, menurut gw ini keren

Gw di puncak Ciremai

Bersiap turun

Yah, kita lumayan lama lah di puncak, menikmati udara dingin di atas, merenung-renung sok bijak. Hhe.. Bibir puncaknya itu agak luas dan bakal ngabisin waktu yang lumayan juga nampaknya kalo mau muterin satu lap penuh. Di bibir puncaknya keliatan juga bekas kelakuan-kelakuan aneh orang-rang yang sampe sini. Misal, ada yang nyusun batu gitu ngebentuk tulisan cewenya, atau ada yang nulis-nulis di kertas terus kertasnya di tahan pakai batu biar ga terbang yang tulisannya "Neng, aa ada di Ciremai". Hha.. Malah ada juga yang sok inggris nulis "I will cam back", dengan tulisan cam bukan come. Ada-ada aja emang..

Turun gunung deh.. Turun gunung lebih bahaya emang buat kaki, seenggaknya menurut gw. Hhe.. Setelah sampai di camp, kita langsung beres-beres dan menghabiskan makanan yang bisa dihabiskan. Kocaknya setelah kita doa dan bersiap turun lagi, eh, hujan men. Jas hujan dan syalala-nya langsung dikeluarkan dan dipakai. Kita turun dari camp jam setengah dua. Setelah itu, selama turun kita main perosotan kaya anak TK. Aditrian sii yang kaya anak TK.. Hha.. Maling nuduh maling.. Tapi selama hujan emang malah jadi seru gitu jalurnya, kaya saluran air yang diguyur air dari atas terus ke arah bawah. Licin, tapi asyik. Hhe.. Nah, Karlina si Bu Dokter ini kepeleset terus, maklum dia ga pake sepatu trekking, pakenya kets. Ketika naik sii dia aman-aman aja, karena jalurnya masih kering..

Disini seru, ada kisah cinta gitu. Ini bukan tentang gw tapi. Sungguh. Temen gw gitu, ga gw sebutin namanya kok. Hhe.. Temen gw yang satu itu pegangan terus gitu sama bu dokter sampe bawah, niatnya baik sii, biar ga jatoh kepeleset, tapi semenjak itu mereka jadi bahan ceng-cengan semuanya. Apalagi yang lain termasuk gw ngegodain mereka gitu sambil nyanyi lagu-lagu lawas yang ada pegangan tangannya sepanjang perjalanan. Serasa anak SD yang nge-cie-cie-in temennya. Hha.. Yah, kita ga pernah tahu, dan sepertinya, menurut pandangan gw, ada benih-benih yang tumbuh di antara mereka. Yah, kita hanya bisa berasumsi, biarlah mereka berdua dan Allah yang tahu. Gw cuma pengen ngomong: "Cinpeclok yooo".. Cinta pecah di lokasi.. Hha..

Ternyata pas sampai di Cigowong lagi, udah gelap men. Head lamp dipasang lagi. Tapi ternyata penerangannya Klintu mati gitu. Dan dia dengan dewanya jalan paling depan tanpa penerangan. Cool-nya dia kaya yang udah apal aja gitu, jalan-jalan gelap tanpa lampu. Ga usah nanya Hendrik sama Gaper. Mereka udah lari duluan dari camp. Dan gw fikir, pas kita sampe di Cigowong, mereka udah nyampe lagi di bawah. Mereka emang kita minta duluan siii, mengamankan kendaraan yang akan menjemput. Hhe..

Sampe bawah, langsung deh cabs balik ke Unswaganti, tepatnya sekret Mapala Gunati, dan pas liat jam, udah jam setengah sebelasan dooong, sedangkan besoknya (Senin) itu gw harus udah kerja jam delapan pagi. Tapi pada akhirnya kita terkena bujukannya anak mapala sii yang bilang: "Udah nginep aja, pulangnya besok". Hha.. Tapi emang sii, kalau liat keadaan, Bus jam segitu susah dapetnya yang mau ke Jakarta. Jadilah memang harus merelakan bahwa besoknya (Senin) bakal bolos kerja..

Sebelum tidur-tidur imut di sekret Mapala, kita diajak keliling Kota Cirebon malem-malem sama anak Mapala. City Night Tour. Hha.. Lagi-lagi Klintu dengan senang hati menjadi guide. Sebenernya itu karena kita lapar sii, nyari makan gitu. Niat awalnya nyari empal gentong yang jadi makanan khas Cirebon, tapi apa daya ga dapet-dapet, dan end up-nya kita makan Nasi Jamblang. Lu harus tau itu enak banget. Konsepnya hampir sama kaya angkringan di Jogja sii, tapi bedanya di suasana tempat aja. Lu mesti cobain, definitely..

Seru-seru parah lah perjalanan kali ini..
Thanks to temen-temen seperjalanan yang cool, yang ternyata kita jadi deket banget sampai saat ini. Kita jadi nge-iga bakar kan di rumahnya Karlina? Yummy..
Thanks to temen-temen dari Mapala Gunati khususnya Klintu sama Gaper, kalian pecah abisssss..
Thanks to Ciremai dengan segala keindahannya..

Karena keseruan dan ke-bro-an yang gw alami, gw jadi pengen nyanyi lagu Mocca, Bundle of Joy:

When you're not around, i just think of you
I feel you close to my heart, It's like we're never apart

Then ear to ear, my lips start to stretch
I feel happy again, gigling again
I thank tou for all, you're the bundle of joy for me

Salam pendaki..

Sampai jumpa atap-atap dunia yang lain.. ^^
Rinjani -- Cikuray -- Papandayan -- Gede -- Pangrango -- Guntur -- Ciremai
Puncak ke-8 apa yaaaaa..


-Time to Time-
Pos 0 - Cigowong = 2 jam 15 menit
Cigowong  - Kuta = 15 menit
Kuta - Paguyangan Badak = 45 menit
Paguyangan Badak - Arban = 45 Menit
Arban - Tanjakan Asoy = 45 menit
Tanjakan Asoy - Pesanggrahan = 1 jam 50 menit
Pesanggrahan - Sanghyang Ropoh = 20 menit
Sanghyang Ropoh - Simpang Apuy = 55 menit
Simpang Apuy - Goa Walet = 20 menit
Goa Walet - Puncak = 20 menit

3 komentar: